Kamis, 19 Januari 2012

Menyambut Musim Panas Ala Sydney


Oleh Donny Verdian

Musim panas yang hadir sejak Desember hingga akhir Februari, bagi sebagian besar warga Sydney, Australia disambut gegap-gempita. Mereka begitu antusias beraktivitas di luar ruangan – mulai dari berjemur hingga berselancar di pantai. Ada pula yang berwisata kebun di luar kota dan menyusuri lanskap Kota Sydney.


Lanskap Kota Sydney. Foto: Thinkstock

Udara hangat, langit biru dan matahari yang bersinar lebih lama (dari pukul 5 pagi hingga pukul 9 malam) adalah alasan musim panas selalu dinantikan kedatangannya. Ditambah dengan sisa suasana liburan Natal dan Tahun Baru serta beban kerja awal tahun yang masih rendah, musim panas selalu nyaman untuk dinikmati.

Berbarengan dengan itu, pemerintah negara bagian New South Wales, yang melingkupi Sydney dan sekitarnya, menggelar Sydney Festival setiap bulan Januari – puncak musim panas.

Sydney Festival adalah festival budaya dan seni urban yang diadakan di kota Sydney dan sekitarnya sejak 1977. Selama nyaris sebulan penuh, di beberapa ruang publik, acara seni dan budaya bertema urban digelar.

Tempat ini membentang dari Art Galery of Sydney, Enmore Theatre hingga Sydney Town Hall. Dari ujung selatan kawasan Sydney, Campbletown Arts Centre hingga landmark kota Sydney yang terkenal macam Darling Harbour dan Sydney Opera House tentunya.


Pemandangan Sydney Opera House. Foto: Thinkstock

Acaranya sendiri beragam. Ada drama, musik, tarian diskusi, pertunjukan visual/digital dan film. Ada yang gratis ada pula yang tidak. Tiket dijual seharga A$ 25 dan berlaku sepanjang hari untuk semua tempat.

Jangan bayangkan bahwa acara-acara di Sydney Festival akan dimeriahkan artis-artis televisi atau majalah. Festival ini justru lebih sering jadi ajang seni/budaya para seniman/budayawan lokal Australia serta beberapa tamu dari luar negeri.

Meski demikian, keberadaan mereka tak bisa dipandang sebelah mata. Justru ada banyak hal menarik. Seperti tahun lalu misalnya, aku menyaksikan pagelaran musik country ala Australia Tengah yang sebagian besar arealnya adalah gurun pasir. Musisi-musisi yang main di acara tersebut bukanlah selebritas yang kerap muncul di televisi. Banyak dari mereka bekerja sehari-hari sebagai peternak dan kasir pompa bensin.

Mereka memainkan begitu banyak jenis alat musik. Beberapa di antaranya baru pertama saya lihat. Genrenya tak beda jauh dari musik country Amerika, dengan lirik penuh slang Inggris-Australia. Buat saya, ini sangat memperkaya khazanah musik.


Berjemur di luar ruangan pada musim panas adalah aktivitas favorit warga Sydney. Foto: Thinkstock

Untuk tahun ini, salah satu acara menarik yang telah pula saya datangi adalah pameran karya Pablo Picasso, pelukis besar awal abad 20 kelahiran Spanyol. Sebanyak kurang lebih 150 karya aslinya dikirim langsung dari the Musee National Picasso, Paris tempat koleksi karya itu disimpan khusus untuk pameran ini.

Selain itu, konser Fatoumata Diawara, penyanyi  Perancis kelahiran Pantai Gading yang banyak menghadirkan unsur etnis Afrika juga menjadi sorotan dalam Sydney Festival tahun ini. Konsernya sampai digelar tiga kali, karena yang pertama dan kedua tiketnya ludesnya terjual.

Namun, yang paling menarik justru menurutku adalah pada pagelaran "Welcome to Country" karena mempertunjukkan budaya dan seni tradisional khas Aborigin yang dimeriahkan dengan kehadiran 29 klan.

Jadi, bila Anda ingin berlibur ke Sydney pada bulan Januari, pastikan Sydney Festival yang mengangkat tema, “This is our city in summer” ada dalam rencana kunjungan! Jangan lupa siapkan kacamata hitam serta tabir surya untuk melindungi kulit.

Baca juga tulisan lain soal Sydney di Yahoo Indonesia:
Belanja murah di Paddy's MarketShirt Bar, bar merangkap toko pakaian pertama dunia
Pembunuhan dan misteri di lokasi bersejarah Sydney
Menonton migrasi paus di Sydney

1 komentar: