Minggu, 12 Juni 2011

Naik Haji atau Menolong Orang Mau Mati???

231  2 dari 2 Kompasianer menilai Bermanfaat

Dalam hidup ini seringkali kita diberikan hanya dua pilihan, tetapi itupun masih sering membuat kita bingung! Lalu mengapa kita tidak menggunakan Hati Nurani dan Ajaran Nabi?


《※MYM.FUL※》 - prayer at kaaba  Alkisah, terdapat seorang bapak bernama Ahmad, yang sangat soleh dan taat menjalankan ibadah. Hidup dalam kesederhanaan dengan seorang istri dan dua anaknya yang telah dewasa. Dalam keseharian hanya berdagang buah di pasar untuk mencukupi kehidupannya. Dalam hidupnya hanya satu keinginan yang menjadi tujuannya adalah bisa naik haji suatu hari nanti. Oleh sebab itu ia mulai rajin menabung dari keuntungannya setiap hari . Sedikit demi sedikit dikumpulkan uangnya. Ketika sudah hampir terkumpul uangnya untuk ongkos naik haji. Datanglah sebuah ujian baginya keimanannya.


  Seorang tetangganya yang hanya hidup sebatang kara mengalami sakit parah dan harus segera dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Yang jadi masalah adalah siapa yang mau bertanggung jawab pada biayanya? Disinilah timbul peperangan batin dalam hati pak Ahmad, antara mau menolong dengan uangnya yang sudah terkumpul itu atau tak mau tahu demi cita-citanya tercapai untuk naik haji. Hanya dua pilihan, menolong dan rencana naik hajinya batal atau menutup hatinya pura-pura tak bisa membantu, dengan argumen nasib ada ditangan Tuhan?


  Demikianlah dalam kehidupan ini seringkali kita harus dihadapkan pada sebuah pilihan yang sungguh berat. Berpihak pada kebenaran yang nyata dan seharusnya atau kebenaran menurut pembenaran ego kita. Pada saat demikian ditentukanlah sesungguhnya keimanan kita. Kisah diatas hanya sekedar ilustrasi atas peperangan keimanan yang seiring kita alami.


  Saat saya diskusikan pada istri, kalau ia mengalami peristiwa seperti yang dialami pak Ahmad bagaimana? Ia dengan tegas menjawab, tentunya menolong yang sakit dulu, karena itu adalah praktek keimanan yang nyata dan sungguh mendesak. Sedangkankan masalah naik haji memang penting tapi belum mendesak dan masih ada kesempatan lain. Yang pasti Tuhan pun lebih senang kita menolong orang lain dulu yang hampir mati daripada kita memaksakan diri untuk naik haji.

  Teori memang gampang tapi pelaksanaannya masih tanda tanya. Karena nyatanya tak jarang ada yang naik haji sampai berkali-kali dengan bangganya dengan kemampuan harta yang ia miliki. Sedangkan kehidupan sosial masyarakat disekitarnya masih banyak yang dalam kemiskinan dan membutuhkan uluran tangan.


  Memang kita tak bisa serta merta menyalahkan tindakan orang yang demikian. Tapi alangkah indahnya dengan segala kelebihan kemampuan yang dimilikinya, daripada digunakan berkali-kali untuk ‘hanya ‘ naik haji, kenapa tidak digunakan pada tindakan ibadah nyata yang lebih berarti dan suci untuk memerangi kefakiran kemiskinan disekitar kita?
Kehidupan ini hanya ada dua pilihan ke kiri atau ke kanan, namun dua pilihan ini saja sudah seringkali membuat kita bingung dan salah memilih. Oleh sebab itulah janganlah memilih untuk bingung karena bisa salah memilih.


   Lebih baik mulai saat ini tetapkan dan mantapkan pilihan sesuai hati nurani dan ajaran Nabi . Semoga
 bisa!


Share 5

0 komentar: