Jumat, 08 November 2013

Menjadi Dandru dalam Khalifah Khadijah (Santri Siap Guna Darrut Tauhiid angkatan 26)

Minggu ke-5, inilah moment SSG yang saya tunggu-tunggu. Yah, para peserta SSG angkatan 26 jalan malam menuju kota cimahi. Awalnya mustahil dengan kondisi yang kurang sehat ditambah membawa tas seberat 5 kg. Tapi, setelah mendapat materi dari bapak training bahwa apapun masalahnya jika anda bisa, kita bisa, pasti semua bisa karena Allah selalu bersama-mu.  

Bismillah, jiwa raga ini bergetar menuju jalan ridho-mu. Setelah berazam apapun kondisinya semua urusan hamba hanya bisa pasrah kepada-mu. Innalillahi....Dan saya diamanahkan menjadi dandru ( istilah pemimpin dalam masing-masing kelompok). Hati kecil ini berkata : "Ya rabb, amanah ini sungguh berat. Saya harus menanggungi beban untuk mengawasi anggota khalifah 2 sebanyak 19 orang, jika mereka terluka bahkan hilang, rasanya beban ini semakin berat dan berat untuk dipikul. Tak berhenti-hentinya saya berdoa semoga semua peserta dan para pelatih selalu berada dalam lindungan dan naungan-mu ya rabb...."

Start-nya dimulai dari lapangan berdebu Pesantren Darrut Tauhiid pukul 08.30. "Khalifah Khadijah? Siap...Sikap lari maju, mulai...SSG, Bismillah....". dug, dug, dug!!! Suara baris-berbaris para peserta SSG di malam hari. Gelap, lelah, dingin, takut, haus, lapar itulah yang kami rasakan selama perjalanan. Yang paling memalukan selama di perjalanan, jika saya diamanahkan menjadi pemimpin, rasa egois itu tampak terlihat. Dimulai saat berada di tanjakan endog cimahi, saya meninggalkan anggota khalifah 2 tanpa mengetahui kondisi anggota. Kedua, saat menghitung anggota khalifah 2 saya tak sengaja menginjak kaki salah satu anggota. Ketiga, saat pembagian memberikan minuman, yang selalu didahulukan untuk minum pasti saya lagi. Keempat, selalu memerintah seenaknya ke teh try, seolah-olah teh try adalah ajudan saya (teh try salah satu anggota khalifah 2). 

Akhirnya, saya sadari saya ini hanya seorang manusia yang tak memiliki daya dan upaya tanpa bantuan yang maha kuasa. Maafkan hamba ya rabb, saya selalu suudzon kepada mereka yang selalu diamanahkan menjadi dandru dan danton menganggap bahwa mereka tak becus dan bertanggung jawab dalam mengawasi anggotanya. Tapi, hari ini tiba, saat saya berada di posisi seorang pemimpin, semua perkataan saya menjadi doa untuk cara kepemimpinan saya sendiri. 

Inilah hikmah yang saya ambil : "Tetap rendah hati dan jangan suudzon terhadap cara gaya kepemimpinan orang lain, sebab seburuk apapun kepemimpinannya, mereka telah berusaha memberikan yang terbaik."

Tetaplah bertumpu kepada Allah, karena Allah-lah penolong yang paling berharga dan berarti bagi semua umat di dunia ini. 

By: Melly Lydea




0 komentar: